Solo Travelling Ke Balikpapan Kalimantan Timur

Setelah dari Kota Semarang, saya melanjutkan Solo Travelling saya ke Pulau Kalimantan, tepatnya di Balikpapan Kalimantan Timur menggunakan Sriwijaya Travel Pass. Pertama kali mendengar nama kota Balikpapan, entah mengapa, bulu kuduk saya merinding mendengarnya. Saya teringat dengan joke-joke yang sering dilontarkan oleh aktor dalam acara komedi di televisi yang mengumpamakan Balikpapan sebagai kuburan. Nyatanya, kota ini jauh dari kesan horor malah sebaliknya menyenangkan mengelilingi kota yang dulu sempat menjadi lokasi perperangan hebat antara Belanda, Inggris melawan Jepang.

Pertama kali menginjakan kaki di Bandar Udara Sultan Haji Muhammad Sulaiman Sepinggan, saya langsung kagum dengan kemegahan Bandar Udara yang sudah level internasional. Saya tidak percaya bahwa di Pulau Kalimantan ada Bandar Udara sekaliber Bandara Udara Sepinggan ini. Bentuknya sudah seperti Mall kelas atas di Jakarta, dan karena masih baru jadi kesannya bersih dan nyaman. Berikut video yang saya buat atas Bandara Udara tersebut.

Tidak banyak pilihan Kendaraan dari Bandara ke Pusat Kota, malah ketika anda keluar sudah disediakan Taksi resmi bandara yang siap mengantarkan anda kemana saja ke Kota Balikpapan dan sekitarnya. Saya memilih Kokapura dengan biaya Rp.70.000,-. Di Bandara Sepinggan belum ada Bus Damri sehingga pelancong tidak ada pilihan lain memilih taksi sebagai kendaraan keluar bandara. Mobil Grab dan Go-Car juga tidak diperbolehkan mengambil penumpang di sini sehingga tidak ada alternatif lain untuk hemat.

Saya akhirnya menginap di Hotel Bintang 3, Hotel Neo+ Balikpapan dengan berbagai alasan, murah dan dekat dengan pusat kota. Alasan tersebut agar saya dapat mengelilingi kota Balikpapan dengan mudah. Saya sudah pernah merasakan Hotel Neo di Jogjakarta dan pengalaman tersebut sangat menyenangkan. Tapi sayangnya pengalaman hebat tersebut tidak saya temukan di Hotel Neo Balikpapan, beda sekali, terutama di segi makanan dan lokasinya. Lokasi Hotel ini jauh dari Pusat Kota, walaupun tetap masih dijangkau oleh Go-Jek maupun Grab, tetap saja jauh dari keramaian, namun karena mereka memberikan harga yang luar biasa murah, sekitar dua ratus ribu permalam, saya putuskan untuk menginap di sini. Sedangkan dari Sarapan yang mereka sediakan sangat berbeda jauh dengan apa yang disuguhkan ketikan saya menginap di Hotel Neo di Jogjakarta, dimana banyak berbagai jenis makanan lezat disajikan pada saat Sarapan Pagi.

Selanjutnya saya memutuskan beristirahat sebelum mengelilingi Kota Balikpapan mengingat hari juga sudah malam dan tidak banyak aktivitas malam hari di Balikpapan. Saya perhatikan kota ini masih tergolong berkembang, apalagi ketika saya ke sini masih suasana puasa sehingga orang tidak terlalu bersemangat untuk beraktivitas berat. Besok harinya saya mengelilingi Balikpapan dengan menggunakan Grab-Bike yang cukup murah di Balikpapan. Tempat pertama yang saya kunjungi tentunya pusat keramaian, yakni Balikpapan Plaza yang terletak di Pertigaan BC. Plaza ini katanya mall terbesar kedua di Balikpapan. Layaknya seperti Mall-Mall di Indonesia lainnya, mall ini menyediakan berbagai macam hiburan dan berdiri banyak toko-toko di dalamnya. Karena puasa saat itu, saya memutuskan makan siang di Mall ini karena selain jarang ada warung makan yang buka, saya juga enggan makan di jalan karena sering dilihatin dengan mata yang tidak bersahabat, saya juga gak paham maksudnya apa.

Saya perhatikan orang-orang Balikpapan berbicara seperti gabungan antara orang Melayu dan orang Sulawesi dan juga banyak etnis di Kota ini yang paling mencolok etnis Tionghoa, dimana saya terkejut karena sebagian besar dari mereka menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar sehari-hari, beda sekali dengan saudara-saudara mereka yang ada di Medan ataupun Jakarta.

Rata-rata orang-orang di Balikpapan itu ramah-ramah meskipun kalau kita melihat wajah mereka yang keras-keras tapi kalau sudah berbicara mereka itu sangat welcome dan mau diajak berbicara meskipun kita baru saja datang ke kota ini, tidak ada rasa curiga sama sekali. Sehingga anda tidak perlu khawatir jika baru datang ke kota ini karena orangnya tidak akan memanfaatkan anda layaknya di kota-kota besar di Indonesia baik ketika transaksi keuangan ataupun hanya sekedar menanyakan informasi, mereka sangat jujur.

Balikpapan memang sudah tercatat sebagai Kota yang mahal dimana barang dan jasa mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Saya sudah merasakan itu, contohnya Nasi Goreng dibanderol seharga Rp17.000 dan teh manis dingin seharga Rp3.000, sehingga kalau sekali makan kurang lebih Rp20.000. Harga tersebut menurut saya masih tingkat kewajaran dan masih di bawah Kota Jakarta.Karena saya tinggal di Manokwari, Papua maka harga tersebut menurut saya malah murah sekali, sehingga jangan terkejut jika akhirnya saya memutuskan untuk mencoba kuliner di Balikpapan.

Kuliner pertama yang saya coba adalah Soto Khas Balikpapan, sotonya hampir sama layaknya Soto Betawi tapi dengan koya dan asam yang sangat kental. Rasanya segar dan gurih apalagi ditambah dengan Kerupuk khas Kalimantan. Karena banyak warung makan yang tutup sehubungan dengan puasa, tidak banyak kuliner saya coba di Balikpapan, alhasil hanya makanan makanan umum saja yang saya cicipi di kota ini.

Mengenai kendaraan untuk mengilingi Balikpapan, sebenarnya lebih murah dan aman jika memakai angkutan online karena selain murah anda juga dapat melihat secara bebas pemandangan sekitar kota ini. Alternatif lain adalah Angkot yang banyak berkeliaran. Namun anda harus tahu kalau angkot di Balikpapan itu meskipun sudah ditentukan rutenya, terkadang bisa melewati kawasan-kawasan tertentu juga. Jadi sebelum naik alangkah baiknya anda menanyakan apakah angkot ini melewati kawasan yang Anda tuju.

Spot kedua yang saya kunjungi adalah Pantai Kemala yang terkenal karena dekat dengan pusat kota. Pantai Kemala ini sebenarnya kawasan Polda Kalimantan Timur namun karena kawasannya selalu ramai maka dijadikan tempat umum dan pengunjung dikenakan biaya masuk dengan besaran yang berbeda, Mobil 10 ribu, Motor 5 Ribu dan pejalan kaki seribu. Tapi karena saya memakai Grab-Bike, saya dikategorikan sebagai pejalan kaki dan alangkah terkejutnya saya ketika sang penjaga membebaskan saya dari biaya masuk..ha…ha.

Kawasan ketiga yang saya kunjungi adalah Taman Bekapai, taman ini terkenal dengan kawasan kumpul muda-mudi di Balikpapan. Tamannya kecil namun dilengkapi dengan Wifi spot sehingga jangan terkejut banyak orang yang duduk-duduk sampai malam di Taman Kota ini. Para pedagang makanan juga banyak menjajakan dagangannya di pinggiran taman.

Spot ketiga yang saya kunjungi adalah 16 KM dari pusat kota, yakni Pantai Manggar yang sangat populer di mata pelancong luar. Biasanya pantai ini sangat ramai namun karena saya datang pas Lebaran hari pertama, Pantai ini sepi mencekam namun tetap menyenangkan karena cuaca tidak terlalu panas. Untuk mencapai pantai ini anda dapat menggunakan angkutan online dan kalau mau merakyat bisa seperti yang saya lakukan menggunakan Angkot bewarna hijau tua yang akan mengantarkan anda langsung di Kecamatan Manggar. Anda tinggal berjalan kaki dengan menanyakan kepada masyarakat setempat lokasi pantai manggar yang banyak dikunjung para turis.

Setelah dari Pantai Manggar, saya berencana masih akan mengunjungi Kabupaten lain di Kalimantan Timur seperti Berau atau Derawan yang sangat terkenal itu. Namun karena saya membawa baju dan barang seadanya saya putuskan untuk Solo Travelling ke kota-kota besar saja agar nanti tidak kesulitan menemukan penginapan murah dan kendaraan. Saya memutuskan ke Palu, Sulawesi Tengah.

Sampai Jumpa Di Palu.!

 

Comments

comments

Leave a Reply