Pada keesokan harinya saya kembali berpetualang ke Kota yang diapit oleh Gunung-gunung dan Teluk ini. Saya menemukan melalui Tripadvisor mengenai daftar tempat wisata yang terbaik di Kota Palu, dan saya terkejut mengetahui bahwa Tugu Perdamaian Palu atau yang bernama Nosarara Nosabatutu menempai posisi pertama. Lokasi wisata ini merupakan tempat yang wajib dikunjungi menurut para turis di seluruh dunia. Akhirnya saya memutuskan bahwa konsentrasi hari ini saya pada tugu yang dibuat untuk memperingati berakhirnya konflik di Kabupaten Poso.
Berbicara mengenai Tugu Nosarara Nosabatutu, banyak sekali pertanyaan saya ketika memasuki lokasi tugu tersebut. Pertama adalah mengapa tugu perdamaian tersebut tidak dibuat di Kabupaten Poso? bukankah konflik berdarah tersebut terjadi di Poso bukannya di Palu. Contohnya adalah tugu perdamaian di Kota Ambon yang dibuat tidak jauh dari lokasi Ini menggelitik pikiran saya pada waktu itu, saya berfikir bahwa makna pembuatan tugu perdamaian tersebut diselimuti oleh keinginan komersial untuk menambah pundi-pundi keuangan daerah. Menurut saya, sunggu tidak etis tidak menampatkan tugu perdamaian tersebut di Kabupaten Poso. Tapi sudahlah yang penting makna tugu tersebut yakni “bersama kita satu” sudah diresapi oleh warga Sulawesi Tengah.
Saya memutuskan menggunakan angkutan online Grab-Bike ke Tugu Perdamaian Palu dari Hotel saya menginap. Rupanya setelah berbicara dengan supir grab-bike yang notabene supir yang sama mengantarkan saya ke Palu Grandmall kemarin mengatakan kepada saya bahwa lokasi tugu tersebut jauh sekali dari kota terletak di bukit, dimana kita bisa melihat keseluruhan Kota Palu dari tugu perdamaian tersebut. Apa benar demikian? well, setelah saya diantar ke sana, menurut saya lokasi tersebut tidaklah terlalu jauh, hanya sekitar kira-kira 15 Km dari pusat kota. Akan tetapi memang di sekita tugu perdamaian tersebut masih merupakan bukit-bukit kosong yang belum ada pemukiman penduduk. Nah, jadi kalau anda mau ke sini seorang diri, alangkah baiknya anda menyewa kendaraan bermotor. Karena jika anda menggunakan angkutan umum contohnya Ojek online atau ojek konvensional maka anda akan kesulitan mencari angkutan untuk pulang ke kota. Saya pada saat itu memesan Ojek Online dan meminta supir ojek tersebut menemani saya menjelajahi tugu perdamaian tersebut. Sang Supir Ojek Online menyetujuinya malah kami menjadi teman yang akrab, memang kalau kita mampu berkomunikasi yang baik maka tidaklah mudah untuk survived ketika solo traveling ke tempat yang belum pernah kita kunjungi sebelumnya.
Nah, saya dan sang supir ojek online akhirnya banyak berfoto ria ke spot-spot indah di tugu perdamaian palu tersebut. Satu hal yang tak terlupakan ketika berada di tugu tersebut selain pemandangannya yang luar biasa, juga makna tugu perdamaian tersebut. Saya baru tahu bahwa Gong Perdamaian yang terdapat kompleks tugu perdamaian tersebut ditandatangani oleh setiap Kepala Daerah di Indonesia, sama dengan yang terdapat di Kota Ambon. Hal ini mengandung makna agar kejadian seperti ini tidak lagi terulang di kemudian hari. Pesan yang mulia itulah yang sebenarnya ingin disampaikan kepada para pengunjung.
Selanjutnya karena saya sudah lapar dan ingin ambil uang di ATM, saya meminta supir ojek online untuk mengantarkan saya ke Mall terbesar selain Grandmall Palu dan dia mengantarkan saya ke Mall Tatura, yang kata beliau merupakan Mall yang terbesar nomor dua setelah Grandmall Palu. Tapi setelah saya ke sana, banyak toko yang masih tutup, renovasi juga banyak dilakukan pada beberapa stall-stall toko. Overall, tidak ada yang menarik dari Mall dan tidak banyak juga pengunjung. Akhirnya saya meninggalkan mall ini setelah makan ayam penyet ke tempat wisata selanjutnya yakni Anjungan Pantai Talise. Pantai Talise ini sebenarnya di depan Hotel saya menginap namun anjungannya akan sedikit jauh. Pada anjungan tersebut kita bisa melihat warga Palu menghabiskan waktu sore hari dengan menikmati sunset dan angin sore di Pantai Talise. Pada anjungan tersebut juga banyak stall-stall makanan yang menjajakan dagangannya. Untuk anak kecil, tempat ini merupakan surga karena banyak sekali mainan mobil-mobilan yang bisa mereka kendarai mengitari anjungan.
Nah, bagi anda yang berencana Solo Traveling, berikut adalah daftar spot wisata yang wajib anda kunjungi di Palu, Sulawesi Tengah dan dapat ditempuh seorang diri baik menggunakan kendaraan umum maupun sewa sebagaimana saya lakukan:
- Tugu Perdamaian Palu / Nosarara Nobatutu (Recommended)
- Anjungan Pantai Talise / Anjung Nusantara
- GrandMall Palu (lengkap dengan bioskop)
- Pantai Kampoeng Nelayan (Pantai yang bagus untuk berenang)
- Sate Mobil (Spot Unik untuk Selfie)
- Kafe Tradisional Jalan Cumi / Tepi Teluk Palu (tempat nongkrong yang bagus)
Kalau masih ada waktu dan dana, Anda bisa melanjutkan perjalanan anda ke Kabupaten Donggala, sekitar 20 Km dari Kota Palu. Banyak orang mengatakan bahwa Donggala memiliki keindahan pantai dan wisata bawah laut yang luar biasa. Saya tidak jadi berkunjung ke sini, selain keterbatasan waktu, saya juga tidak membawa perlengkapan memadai untuk kesana. Sehingga saya memutuskan untuk merencanakan di kemudian hari saja untuk ke sana.
Pendapat Saya mengenai Kehidupan Di Palu
Mari kita membicarakan kehidupan di Palu. Walaupun hanya sekitar 3 hari di Kota Palu, saya sudah memahami kehidupan masyarakat Palu, paling tidak sepintaslah. Cara berbicara mereka sangat khas sekali layaknya orang Timur Indonesia. Karena saya lama tinggal di Papua Barat, cara khas berbicara orang Palu tersebut bukanlah hal yang baru bagi saya. Satu lagi yang saya terkejut di Kota ini, sebagian masyarakatnya sangat konservatif, terbukti banyaknya wanita yang menggunakan full cadar menutupi seluruh tubuh mereka, sesuatu yang tidak akan anda lihat di Indonesia Bagian Tengah ataupun Indonesia Bagian Timur lainnya.
Hal yang Tidak Saya Suka di Palu
1. Palu Gelap Gulita Pada Malam Hari
Satu yang saya tidak suka di Palu adalah kalau malam hari akan sangat gelap karena penerangan malam hari belum maksimal di sini. Meskipun sebagian sudut-sudut kota sudah dilengkapi dengan lampu jalanan, akan tetapi karena keterbatasan listrik, lampu-lampu tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal sehingga saya tidak menyarankan untuk menjelajahi seorang diri di Kota ini pada malam hari.
2. Suhu di Kota Palu Panasnya Luar Biasa
Selanjutnya, suhu di Kota Palu sangat panas jika dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Sungguh luar biasa panas sampai menyengat di kulit, alhasil saya memakai baju yang tertutup dari kepala sampai ke kaki untuk menghindari terbakarnya kulit akibat sinar ultraviolet. Jadi saya sarankan kalau anda mau ke Palu jangan lupa bawa Sunscreen SPF-30 untuk melindungi kulit anda.
3. Susah Mencicipi Makanan Tradisional Khas Palu
Satu lagi yang saya kesal adalah gagalnya saya mencicipi kuliner khas Palu seperti Kaledo dan Palumara. Saya tidak paham kenapa tidak banyak warung makan di Palu yang menyediakan menu khas mereka tersebut, terutama warung makan tradisional. Mungkin karena masih libur lebaran ketika saya datang sehingga jarang warung makan yang buka, yang jelas selama 3 hari di Kota Palu, saya tidak mencicipi satu pun makanan khas Palu.
4. Palu Sangat Mahal
Yups, bukan rahasia lagi kalau di Kota Palu harga barang dan jasa sangat mahal dibandingkan dengan kota-kota lain di Indonesia. Jadi pintar-pintarlah menggunakan uang di Kota ini.
Pengalaman Solo Traveling Ke Kota Palu sangatlah luar biasa, meskipun saya dilanda kesialan di awal-awal pas pertama kali datang ke sini tetapi perjalanan saya di sini berakhir dengan indah, bahkan sempat menjalin teman dengan orang-orang lokal. Kota Palu tidak disangkal lagi memiliki pemandangan yang indah. Jika diberi kesempatan lagi, saya akan balik lagi mengunjungi Kota ini baik seorang diri maupun beramai-ramai dan tentunya mengunjungi juga Donggala.
Next adalah Solo Traveling Ke Pontianak….See you at Pontianak!