Solo Traveling Ke Kota Semarang

                                       Arsitektur di Lawang Sewu yang masih mempertahankan ciri khas Bangunan peninggalan Belanda

Walaupun sebenarnya Kota Semarang termasuk kota yang sangat dekat dengan Jakarta, tempat dimana saya pernah tinggal selama 5 tahun. Saya tidak pernah berfikir untuk dapat mengunjungi Kota yang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah ini. Maksud saya, memangnya ada apa sih di Semarang? tidak ada daya tariknya sama sekali. Mungkin itu juga yang sering terlintas oleh para pelancong, mereka menganggap bahwa Kota Semarang itu kota yang membosankan, bahkan di Jawa Tengah itu sendiri, Semarang masih kalah pamor dengan Kota ataupun Kabupaten lain Magelang, Purwokerto, Mojokerto dan lain sebagainya sebagai tempat wisata.

Saya telah memperhatikannya sendiri bagaimana suasana Kota Semarang yang sememangnya bukan mengandalkan pariwisata untuk mendulang pendapatan daerah. Walaupun begitu, tetap saja saya nekat untuk berkunjung ke kota yang menjadi tempat beristirahatnya Laksamana Cheng Ho ini. Tiket Sriwijaya Air dari Jakarta ke Semarang tidaklah terlalu mahal hanya sekitar 500 ribu-an. Namun karena saya mempunyai Sriwijaya Travel Pass harga tersebut bisa ditekan lagi menjadi 50 ribuan. Murah sekali bukan? itulah manfaat menjadi member Sriwijaya Travel Pass (ini bukan endorse lho..). Uniknya lagi, awalnya saya sebenarnya mau solo traveling ke Kota Solo namun karena ketinggalan pesawat, saya ubah haluan menjadi ke Semarang dan tiket-nya saya beli pas berada di Bandar Udara Soekarno-Hatta. Memang menjadi Solo Traveller nekad memang seperti itu, he,,he.

Setiba di Semarang, saya heran mengapa Kota yang menjadi Ikon Jawa Tenga tersebut mempunyai Bandar Udara yang kecil dan maaf…kamar mandinya bau sekali, seperti tidak pernah dibersihkan. Bisa dibayangkan bagaimana pendapat turis asing jika masuk ke kamar mandi di Bandar udara tersebut? tapi saya sudahlah, apalagi katanya sudah akan dibangun Bandar Udara yang baru bertaraf internasional di Semarang. Kita lihat saja bagaimana perkembangannya.

Setelah saya sampai di Semarang saya langsung memesan taksi bandara dan membayar ongkos taksi yang telah ditetapkan untuk tujuan saya yakni Hotel Amaring Simpang Lima seharga lima puluh ribu rupiah. Kenapa saya memilih untuk menginap di kawasan Simpang Lima? karena kawasan tersebut merupakan pusat kota serta yang menarik lagi, Simpang Lima merupakan pusat kuliner di Semarang serta banyak pula spot-spot yang menarik di sana untuk fotografi maupun hanya untuk menghirup udara suasana di Semarang. Saya memilih menginap di Hotel Budget Amaris, cukup 200 ribu per malam termasuk sarapan.

Pada hari pertama di Semarang saya mencoba kulinernya, mumpung masih di simpang lima yakni pusat wisata kuliner kota Semarang. Saya mencoba Soto Ayam Mbak Lin yang terkenal itu. Soto ayamnya disajikan tanpa koya namun tetap segar di mulut. Tidak puas hanya menikmati satu jenis makanan, saya mencoba lagi kuliner selanjutnya pecel legenda yakni Pecel Bu Sumo. Rasanya ya seperti pecel biasa,,ha,,ha. Jujur saya kurang mengerti bagaimana makanan-makanan ini dikatakan khas semarang, padahal rasanya tidak jauh beda dengan yang dijual di Jakarta. Perbedaan yang mencolok hanya harganya, tapi karena ini pusat kota dan banyak wisatawan, harganya sangat mahal sekali. Bayangkan saja satu potong ayam kampung dibanderol seharga 42 ribu rupiah…Wow! saya tidak paham, apakah harganya memang segitu atau saya yang ditipu karena sang penjual mengetahui bahwa saya adalah pendatang.

Selanjutnya saya mencoba Bus Trans-Semarang yang terkenal itu dan digadang-gadang akan menyerupai Bus Trans-Jakarta untuk keliling Semarang dan melihat hiruk pikuk Kota Nostalgia ini. Uniknya, dari Bus milik Pemda Jateng ini tidak mempunyai halte-halte khusus di setiap tujuannya, jadi anda bisa diberhentikan di titik tertentu meskipun tidak ada halte di situ. Pembayarannya pun terkadang masih menggunakan manual, alhasil karena saya tidak tahu bagaimana membeli tiket masuknya dan penjaga bus tidak meminta ongkos kepada saya, saya tidak bayar sampai akhir tujuan rute..ha..ha…Kalau ini memang jangan dicontohi ya.

Pada hari kedua saya mengunjungi salah satu tujuan wisata di Kota Semarang yakni Lawang Sewu. Jujur aja, saya pikir ada yang menarik di situs ini tapi Lawang Sewu ini hanya berupa museum kereta api di Semarang. Bagi anda yang suka wisata sejarah mungkin ini sesuatu yang menarik, tapi jujur saya merasa bosan ini sini. Alhasil setelah mengambil beberapa foto dan video saya langsung hengkang dari sana menuju tujuan wisata saya selanjutnya.

Tujuan wisata saya selanjutnya adalah Old City 3D Trick Art Museum yang terletak di Kota Tua Semarang. Nah, setiba saya sampai di sana, saya takjub dengan kompleks Kota tua tersebut, masih banyak bangunan peninggalan Belanda yang dilestarikan. Luar biasa! Tidak seperti Jakarta yang Kota Tua nya tidak lagi terurus, Semarang lebih menghargai bangunan-bangunan kuno unik ini. Jadi jika kita melewati Kota Tua ini seperti bernostalgia ke zaman pendudukan Belanda. Sebuah pengalaman yang menyenangkan.

Oh iya, karena lokasi Old City 3D Trick Art Museum ini agak membingungkan, jika anda mau ke sini pakai saja kendaraan online seperti Grab dan Go-Jek, selain murah anda juga akan dibawa mengelilingi dan merasakan nuansa kota semarang. Setiba di Old City 3D Trick Art Museum saya harus membayar tiket masuk seharga 50 ribu rupiah, harga yang terlalu mahal menurut saya hanya untuk berfoto-foto ria di depan buatan-buatan manusia. Saya kurang senang di sini,  selain pegawainya agak sedikit memaksa dalam mengambil foto, mereka juga seakan akan memaksa kita jangan memakai foto pribadi melainkan foto mereka agar kita membeli hasil jepretan mereka yang menurut saya tidaklah terlalu bagus. Saya bilang aja ke petugasnya “saya tidak berniat foto-foto mas, cuma mau mengambil video”. Mungkin karena dia rada kesal dan bingung dengan jawaban saya, si petugas fotonya meminta saya menunjukan karcis masuk seakan tak percaya bahwa saya kesitu tidak ingin berfoto ria. Saya tunjukan karcis tersebut dan saya katakan pada dia, “jangan mengikuti saya lagi dan jangan pernah meminta saya lagi untuk mengambil foto dari dia”. Si Pegawai langsung menjawab “wah, kalau tidak membantu pengunjung, saya yang kena marah mas”. Dalam pikiran saya, “ini pegawai kok mengesalkan sekali ya?”, Saya tinggalkan saja si pegawai tersebut sambil mengambil video seluruh ruangan museum buatan yang aneh itu. Jujur, saya kurang tertarik dengan konsep yang mereka tawarkan, makanya pada waktu saya datang sangat sepi sekali pengunjung, hanya saya saja pengunjung pada saat itu. Makanya saya tidak sarankanlah ke sini, karena selain mahal, “kesenangan” yang ditawarkan kurang menarik, kalau hanya sebatas berfoto ria dengan latar belakang unik, lebih baik pergi ke taman kota yang banyak disuguhkan dengan karakter-karakter unik.

Setelah dari situ, saya mengunjungi Tempat wisata populer di Kota Semarang yakni Kelenteng Sam Poo Kong yang katanya nih tempat persinggahan dan pendaratan Laksamana Asal Tionkok, Laksamana Cheng Ho di Indonesia. Bahkan di tengah situs tersebut, terdapat tugu yang menuliskan bahwa Cheng Ho dimakamkan di Semarang.

Karena tidak banyak pilihan tempat wisata di Semarang saya memutuskan hanya dua hari saja di Semarang, meskipun singkat pengalaman di Kota Semarang tetap menarik.

Sampai jumpa di Kota lainnya!

 

Comments

comments

About the Author

Hi! I'm Obi, and I'm a traveller and writer who loves meeting new people and staying in different places. I've been travelling for years, and it's been an amazing way to learn about different cultures and ways of thinking. I'm always eager to meet new people, so feel free to hit me up!

Author Archive Page

Leave a Reply